Insan Sederhana
Lepas terbang bersama udara
hilang telan berbaur rindu
harapan yang kubangun
kelak ingin bersamamu
pudar bekas entah ke mana
Kubuanglah anak raja
yang hendak menjadi pangeran
hidup indah bersemi cinta
dalam naungan kebahagiaan
Kuhanyalah insan sederhana
tak tahu ke mana kubawa hidup
hanya padaMu sandaran jiwa
lelah, letih raga ini
Bantul, 5 Maret 2018
Kata Itu
telah lama tak kita bersua kembali ayah
ku jauh kau pun jauh
dipisahkan daratan dan lautan
kumenilik waktu yang lampau
hendak kukabarkan pada angin
biar dihembuskan ke tengah padang
namun lidahku kelu membisu
atau kautuliskan saja pada daun
biar sinar matahari membinasakanya
tapai tanganku kaku membeku
ayah kapankah masa itu kembali hadir
kala kau nyayinkan lagu penghantar tidurku
saat kau membelai lembut raambutku
lalu kau katakan:
“hidup adalah gerak dan gerak adalah maju berjuang dan naik, jatuh, lalu naik lagi”
ayah ketika `ku telah melangkaah tuk maju hadapi
rintangan kau bisikan kata iyu kembali
hingga berkobarlah semangatku lagi
tak pun surut walau lelah kembali datang merasuk
dalam diri
Bantul, 5 Maret 2018
Bertanya
angin berhembus menggerakkan daun
cahaya mentari membelai jiwa dengan kehangatan
cerah merasuk dalam batin
tak terasa air mata teralirkan
kuserah pasrahkan diriku
melepas belenggu yang menjerat qolbu
hingga nalarku menjalar
lalu timbullah ssebuah pertanyaan
apa hakikat hidup ini?
apakah hanya untuk menggapai sebuah asa
atau hanya ingin menjadi penguasa
ataukah mengabdi kepada sang pemilik jiwa
lantaran Dialah yang kekal di antara semua yang fana?
Bantul, 28 Januari 2018
*) Penulis lahir di Jogja dan pegiat Lembah Literasi Mafaza Yogyakarta (L2MY)