Terimakasih Tuhan
Terus kumelangkah kemanapun yang menjadi kehendakMu
meskipun jalan terjal yang harus ditempuh
tersandung kerikil, tertusuk perihnya duri resah
bahkan terhempas badai gelombang duka
terasa lunglai untuk melaluinya
Terus kumelangkah kemanapun yang menjadi kehendakMu
meski jiwa dan raga seolah dirantai lelah
tertatih, terseok, terhimpit dan terlempar bagai sampah
Tuhan, perih dan hina diri ini
Terus kumelangkah kemanapun yang menjadi kehendakMu
meski harga diri tak lagi berarti
meski darah juang dikorbankan
meski diri ini dicemoohkan
Terus kumelangkah kemanapun yang menjadi kehendakMu
Tuhan, secercah cahayaMu mulai membuka dada
memancarkan teropong cahaya tuk menerangi langkah
di padang rahmat cintaMu
terimakasih Tuhan
Yogyakarta, 14 Februari 2018
*) Penulis lahir di Wonosobo juga guru MA. Mafaza Bantul yang sekaligus pegiat Lembah Literasi Mafaza Yogyakarta (L2MY)