Membeber Gejolak Asmara Remaja

Plimbi.com

 

Oleh Nur Laila

Permasalahan Dasar

Cinta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya ialah rasa sangat kasih dan sayang, birahi, menyukai, dan menaruh kasih sayang. Setiap orang jika ditanya apa itu cinta? Pasti setiap orang memiliki jawaban yang berbeda-beda. Tidak ada seorang insan pun yang dapat mendeskripsikannya secara sempurna. Saya yakin pasti semua manusia yang terlahir di dunia ini pernah merasakan dan memiliki apa yang dinamakan dengan cinta. Baik cinta dengan orang tua, anak, guru, ataupun dengan lawan jenis.

Bagaimana jika hal semacam ini melanda para remaja? Bahkan anak-anak sekarang pun telah bermain-main dengan cinta. Ada anak Sekolah Dasar (SD) yang sudah berani mengatakan cinta di depan umum. –dalam hal ini yang saya maksud cinta dengan lawan jenis-. Lalu pantaskah anak-anak yang masih di bawah umur dan belum bisa mengurus dirinya sendiri bermain dengan cinta?

Realita di masyarakat

Sekarang sudah banyak fenomena-fenomena yang mengerikan terjadi di masyarakat kita. Misalnya, banyaknya anak remaja yang hamil di luar nikah, tingginya angka pernikahan dini, ada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang melahirkan di sekolahan, ditemukanya bayi di tempat-tempat tertentu, praktik aborsi, dan masih banyak lagi.

Di mata umum jika seseorang atau anak yang belum pernah menjalin hubungan seperti ini (berpacaran), maka ia akan dianggap sebagai orang yang cupu, aneh, kudet, dan dianngap tidak laku. Apakah harga diri seseorang hanya dilihat dari laku tidaknya seseorang? – Hello.. yang murahan siapa?- bahkan anak yang berusaha bijak dengan masalah ini akan dibenci dan dijauhi oleh teman-temannya.

Mulai dari siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), SMP, dan SD sekarang sudah banyak semacam ini. Saya melihat perilaku teman-teman saya dulu sewaktu saya sewaktu SMP dulu, saat mereka mempunyai masalah dengan pasangan mereka, mereka pasti merasa sangat hancur dan membuat belajar mereka menjadi tidak fokus. Ada juga teman saya yang berani minum racun serangga karena diputus oleh pacarnya. –sunnguh ironi-. Saya juga menggamati tetangga saya yang masih duduk di bangku SD di dalam hari-harinya yang dibicarakan adalah masalah cinta-cintaan. Apakah generasi penerus bangsa akan menjadi seperti ini?

Akar masalah

Setelah saya menelaah perilaku-perilaku seperti ini bisa terjadi disebabkan karena kurangnya peran dan perhatian orang tua serta perkembang teknologi sekarang yang semakin maju.

Banyak para orang tua yang dengan mudahnya memberikan anaknya yang masih SD sebuah gadget tetapi orang tua tersebut tidak mengawasi penggunaan gadget tersebut oleh buah hatinya. Akhirnya, anak-anak secara sengaja atau tidak sengaja mengakses situs-situs terlarang dan tidak mendidik. Anak-anak ini akan lebih senang menghabiskan waktunya di dunia maya daripada di dunia nyata. Tidak jarang para remaja saat ini lebih suka mencari teman di sosial media atau yang sering kita sebut dengan sosmed. Dari sebuah pertemanan di facebook (Fb), Instagram (Ig), Line, Path dan lain sebagainya hingga berujung ke sebuah perasaan yang membuat para remaja ini tidak akan pernah bosan untuk mengecek layar handphonenya setiap saat daripada untuk membuka buku pelajarannya.

Permasalahan seperti ini juga bisa muncul karena faktor pergaulan. Zaman sekarang jika remaja tidak memiliki banyak like pada timeline mereka atau banyak follower di akun mereka berarti mereka dianggap tidak famous atau kurang update (kudet). Dari balas membalas komentar di status FB berujung ke perasaan – bawa perasaan (baper)-. Si A menulis di kronologi si B “tfl (thanks for like) ya… thanks” lalu si B menjawabnya dan begitu seterusnya, tanpa disadari mereka akan semakin dekat satu sama lain. Begitulah benih-benih perasaan akan muncul di dunia maya.

Banyak juga orang tua sekarang yang setuju apabila anak berpacaran. Ada yang membiarkan anaknya berbuat seperti itu dengan syarat prestasi anaknya harus tetap terjaga, ada yang acuh tak acuh dengan urusan anak mereka dan lebih mementingkan urusan mereka sendiri. Karena merasa tidak diperhatikan oleh orang tuanya anak-anak ini akan mencari seseorang yang dapat memperhatikannya.

Faktor yang ketiga adalah faktor rasa ingin tahu dan rasa ingin mencoba hal yang baru yang dimiliki para remaja memang besar. Beberapa remaja mengaku mereka berbuat semacam ini hanya untuk melepas kebosanan, mencari kesenangan hanya untuk peyemangat, dsb. Mereka belum paham jika waktu yang mereka gunakan untuk hal semacam ini adalah tidak penting dan membuang-buang waktu saja.

Berkaca dari Pengalaman

            Pengalaman yang sudah-sudah, hal semacam ini memang membuat hati para remaja berbunga-bunga. Membuat mereka lupa sejenak akan segala permasalahan yang tengah mereka hadapi. Dan seperti ada sensasi yang mereka rasakan yang berbeda dari biasanya saat mereka dilanda cinta.

Akan tetapi, saat mengalami ini akan membuat para remaja menjadi tidak fokus belajar. Bagi santri waktu yang bisa digunakan untuk menambah atau mengulangi hafalan mereka malah digunakan untuk memikirkan si dia. Padahal kewajiban para remaja adalah belajar. Waktu-waktu yang bisa digunakan untuk membuka-buka buku pelajaran akan terbuang sia-sia. Pada akhirnya nilai-nilai mereka dan prestasi mereka akan turun.

Ada juga beberapa remaja yang nilai dan prestasi mereka tidak turun walaupun mereka menjalin hubungan. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri anak-anak ini sebetulnya memiliki tingkat stress yang lebih tinggi dibanding teman-temanya. Karena apa? Secara logika mereka yang menjalin sebuah hubungan pasti minimal memiliki 2 fokus yaitu, fokus belajar dan fokus dengan pasangannya, sedangkan mereka tidak menjalin sebuah hubungan pasti akan lebih fokus dalam study mereka. Lalu mana yang lebih baik untuk kita pilih?

Menurut Pandangan Islam

Dalam Alquran surah Al-Isra ayat 32 Allah telah berfiman yang artinya :

“Janganlah kamu mendekati Zina…”

Hanya masalah zinalah yang Allah haramkan untuk mendekatinya. Berbeda dengan masalah-masalah yang lain, Allah hanya mengharamkan perbuatannya. Secara logikanya jika sesuatu yang mendekatinya saja dilarang apalagi untuk melakukannya pasti sanksi lebih besar lagi.

Di dalam  Islam pezina akan dihukum rajam (dikubur setengah badan lalu dilempar batu sampai mati) untuk yang sudah pernah menikah dengan hukum cambuk 100 kali serta pengasingan untuk yang belum pernah menikah. Itu baru hukuman di dunia, bagaimana hukuman di akhirat kelak? Pasti lebih besar lagi.

Bagaimana dengan pacaran?

Di dalam berpacaran remaja saat ini pasti minimal sudah pernah pegangan tangan. Lalu menyentuh tangan yang bukan mahramnya itu dilarang atau tidak? Selain zina tangan pasti mereka juga zina hati dan juga zina pikiran, karena hati dan pikiran mereka gunakan untuk sesuatu yang tidak bermanfaat. Banyak juga yang berpacaran berujung hamil di luar nikah. Ini tidak lagi dinamakan mendekati zina, kan?

“laki-laki dan perempuan berduan yang ketiganya itu setan”

Saat berpacaran mereka pasti berduaan, dalam Islam ini disebut khalwat. Ada yang bilang “kita nggak aneh-aneh kog”. Awalnya memang seperti itu, tapi mustahil mereka hanya berdua saja lalu tidak melakukan apa-apa.

Kesimpulan

            Sebuah perasaan cinta dengan seseorang memanglah anugerah dari Tuhan, tetapi untuk menjalin sebuah hubungan atau tidaknya adalah sebuah pilihan dan hanya orang-orang yang bijaklah yang dapat menentukannya.

*) Penulis lahir di Klaten dan pegiat Lembah Literasi Mafaza Yogyakarta (L2MY)

4 komentar untuk “Membeber Gejolak Asmara Remaja”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *